doc.pribadi |
“Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu.”
Sebaris kalimat peribahasa yang
dulu pernah akrab di telinga, ketika otak ini belum penuh dengan rangkaian
peristiwa, ketika seratus rupiah masih bisa untuk membeli aneka permen, ketika
harga bakso masih bisa dijangkau dengan harga lima ratus rupiah. Dulu, sebatas
hafal, baik kalimat maupun makna yang dimaksud. Fasenya memang dulu demikian,
sebatas tahu saja, berpikirnya belum sampai pada makna kehidupan. Sekarang,
kalimat itu tidak hanya peribahasa, akan tetapi memang kenyataannya demikian.
Tak ada yang bisa menakar dalamnya hati, kecuali dirinya dan Sang Pencipta.
Hati. Dalamnya tak ada yang tahu,
warnanya tak terlihat, gejolaknya tak teraba. Dalam-dangkal, keras-lembut,
pekat-putih, semua terlihat samar. Namun, segalanya bersumber dari sana. Raga
ini mengikuti bisik hati yang kemudian diolah oleh otak, terkadang keduanya
berseberangan, terkadang searah, dan tentu saja bergantung pada kemampuan diri melatihnya.
Memang benar semuanya Alloh yang mengatur. Dialah yang membolak-balikkan hati
manusia. Namun, manusia juga turut andil dalam mewarnainya. Tersebab nafsu yang
melekat di dalam diri manusia.
Yang terlihat, terucap, belum
tentu sama dengan yang dirasa, disimpan dan diangankan. Begitu anggunnya hati
menyembunyikan yang busuk, buruk, menyakitkan, dendam, iri, tulus, penyayang, pemaaf,
penolong dan sejumlah sifat lainnya. Sinyal hati hanya bisa ditangkap oleh antena
hati. Keburukan atapun kebaikan akan tetap bisa terasakan seiring dengan
bertambahnya kadar masing-masing. Keduanya akan meniti jalannya sampai ujung
cerita yang endingnya Alloh takdirkan.
Oleh sebab yang ada di dalam hati
tak terlihat, kita bisa memilih sikap apapun yang diinginkan. Baik dan buruk
segalanya adalah ujian dan pilihan. Kemudian, takdir hadir atas pilihan dan
upaya manusia. Alloh memberikan larangan, perintah dan juga anjuran berikut
akibat dari setiap pilihan yang diambil. Tidak ada paksaan dalam menentukan
pilihan.
Alloh anugerahkan akal kepada
manusia untuk berpikir, menimbang baik dan buruk, membawa manfaat atau
sebaliknya. Alloh sediakan dua jalan di dunia, baik dan buruk. Manusia sendiri
yang akan memilih. Masing-masing dari pilihan akan membawa takdir yang berbeda,
kisah yang berbeda dan rasa yang berbeda.
Keren mamss👍 harus banyak belajar sama mams ini.. ketika dibaca mengalir begitu saja terasa ringan, tapi ketika dihayati makna tulisannya dalam. Bisa bawain tulisan sefilofis ini dengan ringan 👏 aku sama Diyanah dari ODOP6 juga Mam's Salam kenal Mams ai 😊
ReplyDeleteThankyou,..salam kenal jugaa
Deletesederhana tapi bermakna. Menyadarkan saya bahwa tak selamanya yang kita lihat sama dengan yang oranglain rasakan. Salam kenal mba dari Yolanda ODOP6 Kelompok Pulau Harapan
ReplyDeleteBetul mba,..thankyou udaa mampir. Salam kenal juga
Delete