Barisan waktu yang telah lalu bersama segala episodenya akan
menjelma menjadi masa lalu dan kenangan. Manis dan pahit, keduanya berpeluang
menghuni hati, mengisi memori. Lembaran-lembaran kenangan akan menempati porsi
yang berbeda-beda, ada yang terlalu manis, ada juga yang terlalu pahit. Ada
yang biasa saja hingga tak berbekas ada yang begitu dalam hingga enggan untuk
terlupakan. Begitulah garisnya, sebab hidup seperti buku cerita. Ada prolog,
klimak dan epilog.
Tiga puluh tahun, bilangan usia yang kini aku genggam. Ada
banyak kisah yang kemudian menjadi kenangan. Manis, pahit, hambar, asam dan
lainnya pernah aku kecap. Terkadang, ketika lintasan kenangan kembali
menghampiri, rasa syukur itu kemudian membuncah. Alloh Maha Baik. Dari sekian
lembar kenangan yang sudah kuabadikan, tentu
ada yang membekas terlalu dalam hingga mendatangkan hikmah yang tak
kalah hebatnya. Menjadi Ibu, adalah bagian dari sejarah hidup yang paling
menguras emosi. Bahagia, terharu, sakit, meluruhkan ego, berkorban dan lain
sebagainya.
Lagu “Kasih Ibu” ciptaan SM Mochtar memang demikian adanya.
Kasih Ibu kepada anaknya tak terhingga dan tentu saja tanpa pamrih. Aku baru
merasakan ini, saat melahirkan. Di antara rasa sakit yang begitu hebat saat
kontraksi, rasa dosa dan bersalah kepada Ibu terus bermunculan. Ternyata
melahirkan itu sakit dengan rasa sakit yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Betapa,
aku sudah melukai perasaan orang yang rela melakukan apapun demi anaknya. Ini
baru melahirkan.
Babak selanjutnya yang tak kalah hebat adalah menjalani
awal-awal sebagai Ibu. Jam tidur berantakan, badan lelah, emosi susah terkontrol
namun dituntut untuk slow dan itu
sesuatu banget. Ini hanya bisa dirasakan ketika menjadi Ibu (semoga yang belum
merasakan dikasih rejeki untuk merasakan ini). Semakin dalam rasa bersalah sama
Ibuku, menyesal karena belum banyak yang dilakukan untuk membahagiakannya,
memenuhi keinginannya. Dan sekarang, prioritas tentu akan beralih kepada anak
(semoga Alloh memberikan keberkahan kepada Bapak dan Ibu). Tak pernah
terbayangkan jika episodenya benar-benar berubah dari sendiri – menjadi istri –
menjadi istri sekaligus Ibu dan bekerja. Perubahan yang ternyata belum aku
siapkan, awal-awal jelas merasa shock
dan lelah. Akan tetapi seiring waktu berlalu, perlahan mulai berdamai meski
hal-hal yang dulu ketika bisa dilakukan dengan mudah kini harus penuh
perjuangan, membaca dan menulis misalnya. Namun, tetap harus bersyukur atas
episode ini.
Akan ada babak selanjutnya yang bisa jadi akan lebih dalam
meninggalkan kenangan seiring dengan bertambahnya bilangan usia dan tanggung
jawab. Suatu ketika, setelah jauh melangkah dan menengok kembali berbagai
perjuangan yang telah dilakukan akan meninggalkan simpul senyum dan buncah
bahagia. Lalu porsi sukur dalam hati atas segala nikmat yang sudah Alloh kasih
akan terus meningkat.
Tulisan ini bukan hanya sekedar untuk syarat pendaftaran
Komunitas ODOP (One Day One Post)
yang dulu aku pernah ada di dalamnya, namun juga sebagai pengingat bahwa menjadi
Ibu adalah kenangan yang paling hebat menghuni hati dan memori. Aku masih harus
terus berjuang meningkatkan kualitas diri untuk mendampingi tumbuh kembang
anakku. Jika ingin anakku baik, maka aku harus menjadi baik yang bukan hanya
sekedar pencitraan.
#DAFTARODOP6
Bojongsari, 23 Agustus 2018
Aku suka temanya dan tentu saja dengan isi dari blog ini juga 😍
ReplyDeleteTerimakasih 😍
Delete