Thursday, August 23, 2018

Babak Terhebat dalam Hidupku




Barisan waktu yang telah lalu bersama segala episodenya akan menjelma menjadi masa lalu dan kenangan. Manis dan pahit, keduanya berpeluang menghuni hati, mengisi memori. Lembaran-lembaran kenangan akan menempati porsi yang berbeda-beda, ada yang terlalu manis, ada juga yang terlalu pahit. Ada yang biasa saja hingga tak berbekas ada yang begitu dalam hingga enggan untuk terlupakan. Begitulah garisnya, sebab hidup seperti buku cerita. Ada prolog, klimak dan epilog.

Tiga puluh tahun, bilangan usia yang kini aku genggam. Ada banyak kisah yang kemudian menjadi kenangan. Manis, pahit, hambar, asam dan lainnya pernah aku kecap. Terkadang, ketika lintasan kenangan kembali menghampiri, rasa syukur itu kemudian membuncah. Alloh Maha Baik. Dari sekian lembar kenangan yang sudah kuabadikan, tentu  ada yang membekas terlalu dalam hingga mendatangkan hikmah yang tak kalah hebatnya. Menjadi Ibu, adalah bagian dari sejarah hidup yang paling menguras emosi. Bahagia, terharu, sakit, meluruhkan ego, berkorban dan lain sebagainya.
Lagu “Kasih Ibu” ciptaan SM Mochtar memang demikian adanya. Kasih Ibu kepada anaknya tak terhingga dan tentu saja tanpa pamrih. Aku baru merasakan ini, saat melahirkan. Di antara rasa sakit yang begitu hebat saat kontraksi, rasa dosa dan bersalah kepada Ibu terus bermunculan. Ternyata melahirkan itu sakit dengan rasa sakit yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Betapa, aku sudah melukai perasaan orang yang rela melakukan apapun demi anaknya. Ini baru melahirkan.  

Babak selanjutnya yang tak kalah hebat adalah menjalani awal-awal sebagai Ibu. Jam tidur berantakan, badan lelah, emosi susah terkontrol namun dituntut untuk slow dan itu sesuatu banget. Ini hanya bisa dirasakan ketika menjadi Ibu (semoga yang belum merasakan dikasih rejeki untuk merasakan ini). Semakin dalam rasa bersalah sama Ibuku, menyesal karena belum banyak yang dilakukan untuk membahagiakannya, memenuhi keinginannya. Dan sekarang, prioritas tentu akan beralih kepada anak (semoga Alloh memberikan keberkahan kepada Bapak dan Ibu). Tak pernah terbayangkan jika episodenya benar-benar berubah dari sendiri – menjadi istri – menjadi istri sekaligus Ibu dan bekerja. Perubahan yang ternyata belum aku siapkan, awal-awal jelas merasa shock dan lelah. Akan tetapi seiring waktu berlalu, perlahan mulai berdamai meski hal-hal yang dulu ketika bisa dilakukan dengan mudah kini harus penuh perjuangan, membaca dan menulis misalnya. Namun, tetap harus bersyukur atas episode ini.

Akan ada babak selanjutnya yang bisa jadi akan lebih dalam meninggalkan kenangan seiring dengan bertambahnya bilangan usia dan tanggung jawab. Suatu ketika, setelah jauh melangkah dan menengok kembali berbagai perjuangan yang telah dilakukan akan meninggalkan simpul senyum dan buncah bahagia. Lalu porsi sukur dalam hati atas segala nikmat yang sudah Alloh kasih akan terus meningkat.

Tulisan ini bukan hanya sekedar untuk syarat pendaftaran Komunitas ODOP (One Day One Post) yang dulu aku pernah ada di dalamnya, namun juga sebagai pengingat bahwa menjadi Ibu adalah kenangan yang paling hebat menghuni hati dan memori. Aku masih harus terus berjuang meningkatkan kualitas diri untuk mendampingi tumbuh kembang anakku. Jika ingin anakku baik, maka aku harus menjadi baik yang bukan hanya sekedar pencitraan.


#DAFTARODOP6

Bojongsari, 23 Agustus 2018




2 comments: