Saat ini pemerintah sedang heboh-hebohnya mencanangkan program mandiri benih terutama benih bawang merah, bawang putih dan kedelai. Tiga komoditas yang hampir setiap hari kita butuhkan.
Bawang merah dan bawang putih (seperti judul sinetron) adalah komponen yang wajib ada dalam urusan memasak (kecuali kue). Tanpa mereka masakan tidak akan sempurna. Sedangkan kedelai, ini bahan utama pembuatan tempe, makanan favorit masyarakat indonesia. Bisa dibayangkan betapa menyesaknya makanan yang murah dan enak ternyata bahan utamanya harus impor? Dikemudian hari bisa jadi tempe menjadi bahan makanan mahal tersebab bahan utamanya yang tidak tersedia dalam negeri.
Alasan di atas menguatkan pemerintah untuk terus memacu para penangkar benih, instansi terkait dan para petani menyediakan benih dan mengembangkannya. Ketiga komoditas tadi bukan komoditas yang mudah dibudidayakan terutama benihnya. Umur benihnya yang relatif singkat, serangan hama penyakit di lahan, teknologi off season yang belum banyak berhasil, prosesing benih yang tidak tepat menyebabkan ketersediaan benih terus mengalami kemunduran. Kalau benih tidak ada, mustahil dihasilkan produk konsumsi.
Program pemerintah terkait dengan bawang merah adalah pengembangan benih dengan biji yang targetnya pada tahun 2045 semua benih bawang merah menggunakan biji. Penggunaan benih dengan biji memiliki keuntungan lebih banyak dibanding dengan menggunakan umbi. Serangan hama penyakit yang menjadi momok selama ini bisa terminimalisir, fluktuasi harga benih bawang merah tidak mempengaruhi harga bawang merah konsumsi (umbi). Upaya ini memang membutuhkan proses yang lama dan dana yang tidak sedikit.
Sedangkan program pemerintah teekait bawang putih adalah pengembangan sentra benih bawang putih di daerah-daerah tertentu. Introduksi benih bawang putih dari luar negeri mulai menampakan hasil. Salah satu daerah yang di daulat untuk introduksi bawang putih adalah Temanggung, kota tercinta. Target pemerintah tahun 2019 nanti adalah swasembada benih bawang putih.
Program khusus kedelai mulai dicanangkan sejak 2015, pemerintah terus menggulirkan dana untuk menyediakan benih kedelai. Sayangnya, hingga tahun 2018 program ini belum juga berhasil. Sebagian penangkar benih kedelai mulai enggan untuk memproduksi benih kedelai. Jumlah petani kedelai juga semakin menurun.
Kalau ketiga komoditas tersebut sudah tidak lagi menghiasi pertanian negeri ini, maka bisa dipastikan harga sepotong tempe bisa lebih mahal dari satu porsi steak, nasi goreng dan mie goreng tidak akan selezat sekarang. Apalagi ditambah urusan cabai yang turut bermain. Semoga program pemerintah ini tidak berakhir dengan turut berakhirnya masa menteri bertugas. Semoga bukan program kampanye yang hanya eksis pada masanya.
Di atas kereta Semarang-Purwokerto
No comments:
Post a Comment