Seandainya islam tidak mengatur tentang adab barangkali medsos (media sosial) ini isinya adalah lomba hujatan, sumpah serapah, dan keluh kesah. Seandainya Alloh tidak memberi rasa malu, pastilah sudah berbuat semau sendiri. Bisa dibayangkan betapa hancurnya dunia ini.
Beberapa hari ini, saat emosi naik turun, pikiran tidak baik berkelebat, ada dorongan untuk menulis status di medsos yang unfaedah. Alhamdulillah otak saya masih ada prosesor baiknya dan Alloh masih berbaik hati menahan. Akhirnya, dorongan itu dapat terhenti. Hingga munculah pengandaian semacam itu.
Manusia itu gampang banget untuk mengeluh, menyalahkan orang lain, marah-marah tidak jelas sampai yang jelas-jelas marah, memfitnah dan lain sebagainya. Kecenderungan seperti itu bisa muncul kapan saja. Nah, di sinilah kewarasan berpikir itu menjadi penangkalnya.
Di era yang serba sosmed ini, mulai dari kampanye hingga jualan, dibutuhkan kewarasan pikir tingkat tinggi sebelum rumah sakit jiwa penuh, sementara pemerintah belum mengganggarkan pembangunan rumah sakit jiwa. Ketika bermedia sosial, maka secara tidak sadar otak kita sedang di uji kewarasannya.
Apakah kita akan biasa saja ketika melihat status orang yang nyinyir? atau justru malah tersindir dan kemudian nyinyir? Apakah kita akan tetap kuat dengan godaan dagangan olshop yang berseliweran di beranda sosmed? Apakah emosi kita akan tetap stabil ketika melihat partai politik yang kita dukung kalah telak? dan masih banyak lagi pertanyaan sadis yang bisa mengancam kejiwaan kita.
Manusia itu beragam sifatnya. Jadi jangan heran kalau ada manusia yang kerjaannya kepo sama kehidupan orang lain, nyinyir sama sukses dan gagalnya orang lain. Ini wajar banget. So, sebelum terjun ke dunia per-medsosan, bekali diri dengan imunitas yang kuat dan do'a yang hebat, agar kita dipertemukan dengan status yang membawa perubahan lebih baik. Pun jika bertemu atau menjumpai status unfaedah, tetaplah santai.
Back to our self. Jika emosi sedang melakukan perjalanan di jalan yang bergelombang, maka luahkan dalam bentuk yang baik. Sama-sama bisa mengurangi benturan kok! Kalau sumpah serapah justru bisa berambigu dan prasangka, kalau menulis positif bisa memberikan inspirasi orang lain untuk lebih baik.
Selamat menulis dan tetaplah waras.
Bojongsari, 14 : 14 280318
No comments:
Post a Comment