Friday, March 2, 2018

Menjaga Lisan



Hari ini tiba-tiba diingatkan tentang menjaga lisan. Bukan hanya sekali dua kali mendapat materi ini kala mengikuti kajian islami. Islam mengatur tetang adab bagaimana bertutur, bagaimana menjaga lisan agar tidak berambigu atau bahkan menyakiti. Namun, menjaga lisan bukan perkara yang mudah. Nyatanya, negeri ini dihebohkan dengan berbagai peristiwa yang arahnya sama, ujaran kebencian. Berbagai kejadian yang bernada sama telah mengantar beberapa orang merasakan aroma penjara. Terlepas mereka benar atau salah, tetapi urusan menjaga lisan nyatanya bukan hal yang sederhana.

Menjaga lisan juga merupakan salah satu amalan yang dicintai Rosulalloh. Tersebab dari lisan akan mengantarkan manusia pada muara yang berbeda-beda.

Pepatah mengatakan bahwa lisan lebih tajam dari pedang. Hingga kemudian pepatah itu berkembang menjadi fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Barangkali luka yang timbul oleh tajamnya pedang lebih cepat sembuh dibanding luka tersebab oleh tajamnya lisan. Dan kejamnya fitnah yang disebabkan oleh lisan lebih menyakitkan dibanding pembunuhan. Kira-kira logikanya seperti itu.
Lisan yang keluar bisa murni dari hati, olahan antara hati dan pikiran, atau pikiran saja. Lisan yang keluar bisa dusta atau jujur. Tidak sekali-dua kali setiap kita menyesali ucapan yang sudah terlanjur terlempar. Mengenai sesama dan kemudia ia tersakiti. Minta maaf dan memafkan barangkali mudah, tetapi menghapus jejak bukanlah sesederhana berjabat tangan. Agama manapun saya kira mengajarkan prinsip yang sama. Menjaga tutur kata agar tak menyakiti sesama.

Manusia ditakdirkan mempunyai segumpal daging yang disetting sebagai muara amal kebaikan. Ialah hati. Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, pun sebaliknya. Jadi kalau cara bertutur, kata-kata yang dipilih, nada yang dipakai dan ekspresi wajah yang ditampilkan belum seluruhnya baik, maka tengoklah hati. Kali, hati ini sedang sakit. Hingga perlu penanganan khusus atau hanya perlu minum obat.

Hati manusia juga mudah berubah-ubah, mudah menjadi taat dan mudah pula mengingkari. Hati juga mempunyai kecenderungan, pada hal baik atau buruk. Hingga terkadang, orang yang kesehariannya baik tiba-tiba berkata buruk. Ini bisa saja terjadi.  Jika ternyata kondisi keimanan sedang tidak berada pada puncaknya.

Nah, menjaga lisan ternyata berkait dengan ketaatan, keimanan dan sehatnya hati.Lalu bagaimana agar lisan kita terjaga? Pertama, ingat yang menciptakan kita yaitu Alloh. Kedua, ingat prinsip; kalau tidak mau dilukai jangan melukai. Ketika, rajin membersihkan hati dari segala prasangka dan virus lainyya. Keempat, berpiran positif. Kelima, membiasakan mengolah kata-kata yang akan dikeluarkan. Keenam, berdo’a agar dibantu dalam menjaga lisan. Do’a tidak kalah penting tersebab, semua-mua yang terjadi atas ijin dari sang Maha Pencipta.


Bojongsari, 02032018 : 15.00

No comments:

Post a Comment