Hari ini tiba-tiba diingatkan tentang menjaga lisan. Bukan
hanya sekali dua kali mendapat materi ini kala mengikuti kajian islami. Islam
mengatur tetang adab bagaimana bertutur, bagaimana menjaga lisan agar tidak
berambigu atau bahkan menyakiti. Namun, menjaga lisan bukan perkara yang mudah.
Nyatanya, negeri ini dihebohkan dengan berbagai peristiwa yang arahnya sama,
ujaran kebencian. Berbagai kejadian yang bernada sama telah mengantar beberapa
orang merasakan aroma penjara. Terlepas mereka benar atau salah, tetapi urusan
menjaga lisan nyatanya bukan hal yang sederhana.
Menjaga lisan juga merupakan salah satu amalan yang dicintai
Rosulalloh. Tersebab dari lisan akan mengantarkan manusia pada muara yang
berbeda-beda.
Pepatah mengatakan bahwa lisan lebih tajam dari pedang. Hingga
kemudian pepatah itu berkembang menjadi fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Barangkali
luka yang timbul oleh tajamnya pedang lebih cepat sembuh dibanding luka
tersebab oleh tajamnya lisan. Dan kejamnya fitnah yang disebabkan oleh lisan lebih
menyakitkan dibanding pembunuhan. Kira-kira logikanya seperti itu.
Lisan yang keluar bisa murni dari hati, olahan antara hati
dan pikiran, atau pikiran saja. Lisan yang keluar bisa dusta atau jujur. Tidak
sekali-dua kali setiap kita menyesali ucapan yang sudah terlanjur terlempar.
Mengenai sesama dan kemudia ia tersakiti. Minta maaf dan memafkan barangkali
mudah, tetapi menghapus jejak bukanlah sesederhana berjabat tangan. Agama
manapun saya kira mengajarkan prinsip yang sama. Menjaga tutur kata agar tak
menyakiti sesama.
Manusia ditakdirkan mempunyai segumpal daging yang disetting
sebagai muara amal kebaikan. Ialah hati. Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa
jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, pun sebaliknya.
Jadi kalau cara bertutur, kata-kata yang dipilih, nada yang dipakai dan
ekspresi wajah yang ditampilkan belum seluruhnya baik, maka tengoklah hati. Kali,
hati ini sedang sakit. Hingga perlu penanganan khusus atau hanya perlu minum
obat.
Hati manusia juga mudah berubah-ubah, mudah menjadi taat dan
mudah pula mengingkari. Hati juga mempunyai kecenderungan, pada hal baik atau
buruk. Hingga terkadang, orang yang kesehariannya baik tiba-tiba berkata buruk.
Ini bisa saja terjadi. Jika ternyata
kondisi keimanan sedang tidak berada pada puncaknya.
Nah, menjaga lisan ternyata berkait dengan ketaatan,
keimanan dan sehatnya hati.Lalu bagaimana agar lisan kita terjaga? Pertama,
ingat yang menciptakan kita yaitu Alloh. Kedua, ingat prinsip; kalau tidak mau
dilukai jangan melukai. Ketika, rajin membersihkan hati dari segala prasangka
dan virus lainyya. Keempat, berpiran positif. Kelima, membiasakan mengolah
kata-kata yang akan dikeluarkan. Keenam, berdo’a agar dibantu dalam menjaga
lisan. Do’a tidak kalah penting tersebab, semua-mua yang terjadi atas ijin dari
sang Maha Pencipta.
Bojongsari, 02032018 : 15.00
No comments:
Post a Comment