Sunyi mulai menari, memainkan gerak, menebar pesona lalu menempati ruang-ruang tersendiri bagi pemujanya. Gelap mulai merayap. Dingin mulai merambat, tumbuh menggapai tulang belulang.
Lelah tubuh mulai terasa tetapi mata masih ingin terjaga. Hati entah kemana, sedang logika sibuk menimbang-nimbang argumentasi.
Hati dan logika akhirnya bertemu, bukan untuk mufakad melainkan terus bernegosiasi. Hingga kapan? Entahlah.
"Usiaku, sudah tidak muda lagi meski juga tidak mau dibilang tua."
"Usia bertambah bukan berarti berbanding terbalik dengan kesempatan," sanggah logika.
"Tetapi aku sudah jauh tertinggal, bagaimana mungkin memulai lagi dari nol! Mustahil," bantah hati.
"Hey, kata siapa mustahil. Kalau Tuhan sudah berkehendak, tidak ada yang mustahil. Semua bisa saja terjadi. Kewajibanmu adalah terus berusaha dan tentu saja berdo'a."
Hening.
Hati kembali menerawang batas-batas ingin dan kemampuan serta segala kemungkinan yang ia tebak sendiri. Sedang logika masih mencari argumentasi yang persuasif untuk membujuk hati yang mulai kehilangan jejak petunjuk.
Waktu terus merangkak pergi. Meninggalkan mimpi yang tak lagi diupayakan. Meninggalkan kesempatan yanh disia-siakan. Serta meninggalkan hati yang penuh dengan keraguan.
Logika masih saja mencari kata yang tepat untuk menyadarkan hati. Sedang hati, mulai mencari garis-garis alasan yang membuatnya harus menyala.
"Hidupmu cuman sekali, maukah kau menyesalinya?"
"Tentu saja tidak," jawab hati.
"Lalu, mengapa kau masih berdiam diri?"
Diam.
"Aku sedang mencari caranya," balas hati.
"Baiklah! Segera temukan dan lakukan! Sebelum takdir yang mendahuluinya."
Diskusi masih belum selesai. Masih akan terus berlanjut hingga nada yang sama akan didapati pada hati dan logika.
Ketenger, 01032018 21:37
No comments:
Post a Comment