Monday, March 5, 2018

Memasak, Perlukah?


Memasak seakan menjadi keterampilan wajib yang harus dimiliki oleh seorang perempuan apalagi sudah berstatus istri sekaligus ibu rumah tangga. Sebagian laki-laki atau calon mertua mewajibkan memasak sebagai salah satu syaratnya. Wah, jangan-jangan gagal menikah gara-gara urusan ini. Tenang, masih ada laki-laki dan calon mertua yang menerima perempuan dengan minim keterampilan memasak.

Jaman terus berubah, peradaban terus bergeser mengikuti arus. Warung makan sederhana hingga restoran mewah sudah merebak di mana-mana. Tinggal memilih sesuai selera dan tentu tidak perlu repot memasak dengan segala pernak-perniknya. Mulai dari belanja, mengiris, menguleg, dan segala aktivitas menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak, proses memasak, baru bisa dinikmati. Proses yang membutuhkan ketelitian, kesabaran yang tidak mudah. Bagi yang sudah terbiasa atau mahir, memasak bukan pekerjaan yang berat, apalagi memasak sudah menjadi hobi tentu lain perkara.

Kemudahan teknologi semakin mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk urusan makan. Sebagian rumah makan telah menyediakan jasa delivery order untuk  mempermudah pelanggannya. Melihat fenomena perubahan peradaban manusia muncullah perusahaan transportasi yang menyediakan jasa order makanan sekaligus delivery. Dan peminatnya luar biasa banyak terutama di kota-kota besar. Tak perlu melewati sekian banyak proses untuk menikmati makanan. Tinggal klik di ponsel, datanglah makanan yang diinginkan.  Dilihat dari segi ekonomi, terkadang membeli jauh lebih hemat dibanding memasak sendiri.

Jadi, masih haruskah memasak dimiliki oleh kaum perempuan? Jawabannya relatif. Bergantung dari  sudut pandang mana memasak itu dipandang perlu dan tidak perlu. Bagi saya, keterampilan memasak itu perlu dimiliki oleh perempuan. Karena ternyata memasak itu bisa menghilangkan jenuh dan sebagai salah satu aktualisasi diri.

Namanya keterampilan pastilah butuh latihan dan jam terbang.  Ternyata keahlian memasak tidak serta merta hadir begitu saja, kecuali memang dikasih bakat dalam hal ini sama Alloh. Butuh mental baja. Ketika harapan tak seindah dengan kenyataan, maka nikmatilah. Ini sering saya alami. Baik memasak sayur dan lauk atau kue.  Harapannya sih sesuai resep atau angan-angan jika tak menganut resep tertentu tetapi seringnya tidak demikian. Rasanya tak ingin memasak lagi ketika kegagalan yang didapati, bahkan tak jarang menjadi  senewen sendiri. Namun di lain kesempatan keinginan untuk mencoba resep baru datang menggoda. Ah,…perempuan memang begitu.

Ketenger, 05032018 22:10




No comments:

Post a Comment