Memasak seakan menjadi keterampilan wajib yang harus
dimiliki oleh seorang perempuan apalagi sudah berstatus istri sekaligus ibu
rumah tangga. Sebagian laki-laki atau calon mertua mewajibkan memasak sebagai
salah satu syaratnya. Wah, jangan-jangan gagal menikah gara-gara urusan ini.
Tenang, masih ada laki-laki dan calon mertua yang menerima perempuan dengan
minim keterampilan memasak.
Jaman terus berubah, peradaban terus bergeser mengikuti
arus. Warung makan sederhana hingga restoran mewah sudah merebak di mana-mana.
Tinggal memilih sesuai selera dan tentu tidak perlu repot memasak dengan segala
pernak-perniknya. Mulai dari belanja, mengiris, menguleg, dan segala aktivitas
menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak, proses memasak, baru bisa dinikmati.
Proses yang membutuhkan ketelitian, kesabaran yang tidak mudah. Bagi yang sudah
terbiasa atau mahir, memasak bukan pekerjaan yang berat, apalagi memasak sudah
menjadi hobi tentu lain perkara.
Kemudahan teknologi semakin mempermudah manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, termasuk urusan makan. Sebagian rumah makan telah
menyediakan jasa delivery order untuk mempermudah pelanggannya. Melihat fenomena
perubahan peradaban manusia muncullah perusahaan transportasi yang menyediakan
jasa order makanan sekaligus delivery. Dan peminatnya luar biasa banyak
terutama di kota-kota besar. Tak perlu melewati sekian banyak proses untuk
menikmati makanan. Tinggal klik di ponsel, datanglah makanan yang diinginkan. Dilihat dari segi ekonomi, terkadang membeli
jauh lebih hemat dibanding memasak sendiri.
Jadi, masih haruskah memasak dimiliki oleh kaum perempuan?
Jawabannya relatif. Bergantung dari
sudut pandang mana memasak itu dipandang perlu dan tidak perlu. Bagi
saya, keterampilan memasak itu perlu dimiliki oleh perempuan. Karena ternyata
memasak itu bisa menghilangkan jenuh dan sebagai salah satu aktualisasi diri.
Namanya keterampilan pastilah butuh latihan dan jam terbang.
Ternyata keahlian memasak tidak serta
merta hadir begitu saja, kecuali memang dikasih bakat dalam hal ini sama Alloh.
Butuh mental baja. Ketika harapan tak seindah dengan kenyataan, maka
nikmatilah. Ini sering saya alami. Baik memasak sayur dan lauk atau kue. Harapannya sih sesuai resep atau angan-angan
jika tak menganut resep tertentu tetapi seringnya tidak demikian. Rasanya tak
ingin memasak lagi ketika kegagalan yang didapati, bahkan tak jarang
menjadi senewen sendiri. Namun di lain
kesempatan keinginan untuk mencoba resep baru datang menggoda. Ah,…perempuan
memang begitu.
Ketenger, 05032018 22:10
No comments:
Post a Comment