Monday, March 26, 2018

Hati


Menguap berkali-kali hingga mata berair. Ngantuk. Sepagi ini sudah dibuai kantuk yang luar biasa. Kopi. 

Maret hampir ending, sepekan lagi. Abai berhari-hari tak memenuhi komitmen. Sibuk? Ah,…tidak terlalu.

Hati manusia mudah sekali untuk terbolak – balik. Mudah pula untuk berganti suasana. Mudah pula untuk terpengaruh. Maka ketika bosan dan sejenisnya, bukan tempatnya yang salah tetapi hati kita yang salah, eh saya maksudnya.

Produktivitas seseorang bisa melonjak bisa menurun drastis bergantung pada faktor  yang mempengaruhinya. Jika di dalam sebuah hadist nabi dikatakan “di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, yang apabila ia baik maka  dan apabila ia rusak maka rusaklah semuanya”, itu memang benar adanya. Jika suasana hati baik maka segala aktivitas menjadi lebih menyenangkan dan hasilnyapun memuaskan. Sebaliknya,jika suasana hati sedang kacau, maka aktivitaspun turut kacau dan hasilnya jauh dari kata memuaskan.

Realitas di atas membawa perenungan tersendiri. Tidak mungkin akan terus menuruti suasana hati, menuruti alur dan menikmati keterpurukan. Hari terus berganti dan kesempatan akan terus bergulir dan takkan kembali. Di sinilah kita harus berupaya kuat menjaga hati tetap baik-baik saja meski sedang tidak demikian. Bukankah, Rosulalloh telah mengajarkan untuk tidak menuruti amarah dan bersegera meleraikannya? Saya kira sama dengan mendamaikan hati, jika kondisinya memang sedang riuh ramai tidak jelas intonasinya, maka bersegera telusuri dan ajak untuk berhenti sejenak. Menepi lalu berlayar kembali.

Kita, saya maksudnya butuh jeda, butuh bernafas sejenak. Meluruhkan semuanya, lalu memulainya kembali dengan lapang. Hal-hal yang manusiawi tak bisa dipaksa untuk segalanya menjadi baik seketika. Butuh proses untuk menuju ke sana, maka lakukan selayaknya manusia, jangan yang lain.


Bojongsari, 260318 

No comments:

Post a Comment