Saturday, November 25, 2017

Selamat Datang di Dunia, Anakku!



Selasa, 14 November 2017, adalah hari dan tanggal di mana kau melihat dunia untuk kali pertama dan ending dari proses kehamilanku. Sembilan hari lebih awal dari perkiraan. Perjalanan 15 jam tanpa kontraksi palsu, ketuban yang tidak mau pecah hingga bukaan 10, menambah jalan lahir dan serangkaian proses lainna. Sakit, ah setiap ibu dengan persalinan normal pasti merasakannya. Tak terbayang sebelumnya. Sugesti tidak sakit ketika kontraksi yang coba kuhidupkan, gagal. Kontraksi yang datang semakin meningkat setiap fase bukaannya, aku yang memang tidak hebat dalam menahan rasa sakit, maka reaksi yang ditimbulkan pun tidak karuan. Betapa kacaunya aku saat itu. Ku sebut ibuku setiap kali kontraksi hebat itu datang, terbayang seringnya aku mengabaikan ibuku, bahkan terkadang harus marah. Ternyata begini perjuangan melahirkan. Itu baru melahirkan belum membesarkan dan lain sebagainya hingga usiaku yang hampir kepala tiga ini. Di antara kontraksi dan kelebatan berbagai kekhawatiran, aku memohon maaf kepada ibuku. Ah, ibuku malah berurai air mata dan menjawab kalau aku tak punya salah apa-apa. Mungkin tidak tega melihatku yang sudah sedemikian rupa. “Sakitnya cuman sebentar, ayo yang kuat! Nanti ngga sakit kalau sudah lahir,” begitu ucapnya, di antara raut wajahnya yang penuh kecemasan. Ah, ibu.

Alhamdulillah, bersyukur tiada tekira. Mendengar tangisan pertamamu, ada haru yang menyeruak, kelegaan dan kebahagiaan yang tak bisa tergambarkan. Benar kata orang, melihat anak lahir, sakit yang tadinya menghebat hilang begitu saja, katika bayi merah itu ditempelkan di dadaku. Ah, begini rasanya jadi ibu.

“Perempuan, Nok!” kata ibuku, di antara isak kelegaan. Ku serukan takbir dalam hati. Sungguh, nikmatMu luar biasa.

Aku masih harus menjalani babak berikutnya. Jahit. Aku tak tahu seberapa panjang jalan lahir yang ditambahkan. Yang jelas, proses penjahitan lebih sakit daripada kontraksi. Namun, kesyukuran itu tetap merebak di dalam hati. Membandingkan dengan tetangga sebelah (tetangga kamar di rumah sakit), kondisiku jauh lebih baik dan lebih cepat proses persalinannya. Ah, Alloh sudah mengukur kadar kekuatan masing-masing. Sebab, setiap bayi lahir membawa dramanya sendiri-sendiri.

Melihat matamu yang bening, cerah wajahmu, dan memelukmu untuk kali pertama adalah perasaan yang tak bisa tergambarkan. Alloh, aku jadi Ibu! Babak baru dalam kehidupanku.


Selamat datang di dunia yang penuh dengan segala panggung sandiwara dan pelanginya, anakku! Semoga Alloh memberi kekuatan kepada kita untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama, menggapai ridhoNYA dan menuju jannahNYA. Selamat berjuang anakku, dalam babak kehidupan baru.

No comments:

Post a Comment