Friday, July 14, 2017

Jam Tangan



Lupa memang salah satu kenikmatan yang Alloh kasih ke manusia. Namun lain lagi kalau pelupa. Pelupa untuk hal-hal menyakitkan justru akan menguntungkan namun jika pelupanya masalah taruh menaruh, bawa membawa barang tentu akan menjadi berabe. Inilah yang aku alami beberapa waktu yang lalu.

Lupa memang tidak ingat bahkan seujung kuku. Siang itu, aku dalam perjalanan pulang dari Jogja, sebelum melewati jalan tanpa pom bensin maka diambil keputusan berhenti untuk buang air kecil. Jam tangan yang bertengger manis di tangan kiriku, kulepas dan kugantung di kamar mandi. Setelah itu tidak ingat, entah karena ngantuk, lapar atau memang Alloh berkehendak demikian. Jam tangan termahal (belinya kemahalan) yang pernah ku miliki (hahaha) dan kenangan jalan-jalan sama suami di Bandung saat masih anget-angetnya sehabis menikah (sebenere ini jadi pengingat moment). Memang, jam tangan itu tidak lebih nyaman dari jam tangan yang aku punya sebelumnya. Mungkin Alloh marah karena berkali-kali aku mengucap demikian. Tidak bersyukur. Bahkan di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang jangankan untuk membeli jam tangan, untuk makan saja harus berjuang sedemikian rupa.

Nikmat lupa yang harus disyukuri meski harus kehilangan. Ini menjadi semacam renungan dan pengingat bagiku. Bahkan sesuatu yang sudah menjadi milik kita entah dengan perjuangan atau datang cuma-cuma, jika Alloh berkendak mengambil, sungguh tidak ada yang bisa menghalangi. Apapun, sesuatu yang tampak oleh mata atau yang tak terlihat. Jadi ingat, dulu, aku bisa mengingat detail banyak hal. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, bertambah usia dan dosa, daya ingat itu semakin merosot. Ini tentu atas kehendakNYA.

Rejeki ataupun kehilangan tetap harus berbaik sangka, agar kita terbiasa untuk ikhlas dan bersyukur. Ketika mendapat rejeki berarti kita diingatkan untuk berbagi, sedangkan kehilangan mengingatkan kita tentang bersyukur. Ya, barangkali ada yang salah dengan hati kita, barangkali ada yang tidak tepat dari lidah, tangan ataupun kaki yang bertindak.

Selamat tinggal jam tangan hitamku, semoga kau menemukan pemilik yang lebih arif dalam segala hal. Semoga Alloh menggantinya dengan yang tepat untukku (hihihi berharap ada yang membelikan jam tangan baru). Dan menjadi pengingat untuk sennatiasa mensyukuri segala yang Alloh kasih.






No comments:

Post a Comment