Wednesday, May 31, 2017

Puasa Saat Hamil




Setelah kemarin cerita soal drama kehamilan trimester pertamaku, kali ini berlanjut ke cerita memasuki trimester ke-dua. Memasuki trimester ke-dua kondisiku sudah mulai aman terkendali, artinya sudah kembali normal. Makan sudah mulai enak meski belum bisa banyak, mual-mual dan muntah hanya sesekali saja. Alhamdulillah.  

Puasa ramandhan bagi ibu hamil dan menyusui memang tidak wajib, alias mendapat keringanan dengan mengganti di hari lain atau membayar fidyah. Namun, puasa ramandhan yang datang hanya setahun sekali dan di dalamnya dijanjikan keberkahan serta pahala meningkatnya ketakwaan, maka sungguh sayang apabila terlewat begitu saja. Maka, aku mulai mencari informasi yang berkaitan dengan puasa bagi ibu hamil. Untuk kehamilan yang memasuki trimester ke-dua relatif lebih aman dibanding pada usia kehamilan trimerter pertama atau ke-tiga. Sharing dengan teman-teman yang sudah mengalami fase puasa saat hamil dan sebagian dari mereka menjalani dengan lancar dan aman.  
Bismillahirrohmannirrohhiim, aku ikut puasa ramandhan. Sesuai anjuran teman dan beberapa referensi yang aku dapat, aku upayakan tubuh bisa tercukupi nutrisi meskipun sekitar 13 jam puasa. Hal-hal yang aku siapkan di antaranya adalah saat sahur minum air kurma, air putih, air madu dan makan nasi beserta sayur dan lauknya serta buah, kemudian saat berbuka setelah makan berat minum vitamin dan upayakan minum air putih yang cukup dari jeda berbuka sampai sahur. Alhamdulillah puasa hari pertama hingga ke-tiga lancar meski setelah ashar tubuh berasa lemas dan habis makan saat berbuka perut bereaksi tidak enak, hanya sekitar 30an menit saja sih setelah itu normal kembali. Barangkali itu hanya reaksi perut terisi setelah kosong. Memang berbeda rasanya berpuasa saat hamil dengan tidak.

Hari ke-empat terjadilah drama, bukan drama korea yah. Kepala terasa pusing sejak siang pada puasa hari ke-dua, aku pikir ini hanya reaksi karena perut butuh diisi. Namun ternyata, hingga malam pusing masih berlanjut. Berhunung tidak boleh minum obat sembarangan akhirnya dioles minyak angin di bawah telinga, leher hingga ke bahu, berharap pusing segera mereda. Akhirnya tertidur. Tiba-tiba sekitar jam 2 pagi, kepala luar biasa sakitnya ditambah sinyal mau muntah. Dan benar saja, muntah-muntah datang. Kepala semakin berdenyut sakit, ulu hati juga. Pertolongan pertama, minum air putih. Biasanya setelah muntah sakit kepala mulai mereda, namun ternyata ini tidak. Alhasil, suami menyuruh untuk tidur kembali dan tidak usah puasa dulu. Meski berbagai posisi kepala tetap saja berdenyut, namun akhirnya bisa tertidur juga.

Waktu sahur terbangun karena alarm. Masih niat ingin puasa, namun kepala kembali berdenyut. Suami lagi-lagi menyuruh untuk tidak puasa dulu, karena khawatir dengan debay yang ada dalam rahim. Sukses hari ke-empat bolong. Kepala sudah mulai mereda ketika jam berangkat kantor tiba. Pengennya sih tidur, namun badan sepertinya masih bisa dipaksa untuk ngantor.

Tiba dikantor, perutku mulai bergejolak. Kepala masih berdenyut. Pengen ijin pulang namun malu rasanya. Ditahan. Hingga mendekati pukul 11 siang, perut kepala semakin tidak karuan. Aku putuskan untuk dibawa tidur di mushola, ijin nambah jam istirahat. Alhamdulillah setelah tidur sekitar 45 menit perut mereda dan kepala sedikit lebih ringan. Meski bawa bekal, aku memilih untuk tidak makan siang. Perut diisi lagi setelah nyampai rumah pukul 4 sore. Setelah makan, aku bawa buat tiduran karena sudah sore kalau tidur beneran takut tambah pusing. Kondisi semakin membaik, Alhamdulillah.

Alhamdulillah hari ke-empat sudah bisa puasa kembali. Semoga tidak terjadi drama lagi. Aamiin.

Penghujung Juni 2017/5 Ramandhan 1438 H

   

No comments:

Post a Comment