Setelah kemarin cerita soal drama
kehamilan trimester pertamaku, kali ini berlanjut ke cerita memasuki trimester
ke-dua. Memasuki trimester ke-dua kondisiku sudah mulai aman terkendali,
artinya sudah kembali normal. Makan sudah mulai enak meski belum bisa banyak,
mual-mual dan muntah hanya sesekali saja. Alhamdulillah.
Puasa ramandhan bagi ibu hamil
dan menyusui memang tidak wajib, alias mendapat keringanan dengan mengganti di
hari lain atau membayar fidyah. Namun, puasa ramandhan yang datang hanya
setahun sekali dan di dalamnya dijanjikan keberkahan serta pahala meningkatnya
ketakwaan, maka sungguh sayang apabila terlewat begitu saja. Maka, aku mulai
mencari informasi yang berkaitan dengan puasa bagi ibu hamil. Untuk kehamilan
yang memasuki trimester ke-dua relatif lebih aman dibanding pada usia kehamilan
trimerter pertama atau ke-tiga. Sharing
dengan teman-teman yang sudah mengalami fase puasa saat hamil dan sebagian dari
mereka menjalani dengan lancar dan aman.
Bismillahirrohmannirrohhiim, aku ikut puasa ramandhan. Sesuai
anjuran teman dan beberapa referensi yang aku dapat, aku upayakan tubuh bisa
tercukupi nutrisi meskipun sekitar 13 jam puasa. Hal-hal yang aku siapkan di
antaranya adalah saat sahur minum air kurma, air putih, air madu dan makan nasi
beserta sayur dan lauknya serta buah, kemudian saat berbuka setelah makan berat
minum vitamin dan upayakan minum air putih yang cukup dari jeda berbuka sampai
sahur. Alhamdulillah puasa hari pertama hingga ke-tiga lancar meski setelah ashar
tubuh berasa lemas dan habis makan saat berbuka perut bereaksi tidak enak,
hanya sekitar 30an menit saja sih setelah itu normal kembali. Barangkali itu
hanya reaksi perut terisi setelah kosong. Memang berbeda rasanya berpuasa saat
hamil dengan tidak.
Hari ke-empat terjadilah drama,
bukan drama korea yah. Kepala terasa pusing sejak siang pada puasa hari ke-dua,
aku pikir ini hanya reaksi karena perut butuh diisi. Namun ternyata, hingga
malam pusing masih berlanjut. Berhunung tidak boleh minum obat sembarangan akhirnya
dioles minyak angin di bawah telinga, leher hingga ke bahu, berharap pusing segera
mereda. Akhirnya tertidur. Tiba-tiba sekitar jam 2 pagi, kepala luar biasa
sakitnya ditambah sinyal mau muntah. Dan benar saja, muntah-muntah datang.
Kepala semakin berdenyut sakit, ulu hati juga. Pertolongan pertama, minum air
putih. Biasanya setelah muntah sakit kepala mulai mereda, namun ternyata ini
tidak. Alhasil, suami menyuruh untuk tidur kembali dan tidak usah puasa dulu.
Meski berbagai posisi kepala tetap saja berdenyut, namun akhirnya bisa tertidur
juga.
Waktu sahur terbangun karena
alarm. Masih niat ingin puasa, namun kepala kembali berdenyut. Suami lagi-lagi
menyuruh untuk tidak puasa dulu, karena khawatir dengan debay yang ada dalam
rahim. Sukses hari ke-empat bolong. Kepala sudah mulai mereda ketika jam
berangkat kantor tiba. Pengennya sih tidur, namun badan sepertinya masih bisa
dipaksa untuk ngantor.
Tiba dikantor, perutku mulai
bergejolak. Kepala masih berdenyut. Pengen ijin pulang namun malu rasanya. Ditahan.
Hingga mendekati pukul 11 siang, perut kepala semakin tidak karuan. Aku
putuskan untuk dibawa tidur di mushola, ijin nambah jam istirahat. Alhamdulillah setelah tidur sekitar 45
menit perut mereda dan kepala sedikit lebih ringan. Meski bawa bekal, aku
memilih untuk tidak makan siang. Perut diisi lagi setelah nyampai rumah pukul 4
sore. Setelah makan, aku bawa buat tiduran karena sudah sore kalau tidur
beneran takut tambah pusing. Kondisi semakin membaik, Alhamdulillah.
Alhamdulillah hari ke-empat sudah bisa puasa kembali. Semoga tidak
terjadi drama lagi. Aamiin.
Penghujung Juni 2017/5 Ramandhan 1438 H
No comments:
Post a Comment