Hamil. Satu kata berjuta rasanya.
Kenapa demikian? Ada berbagai cerita yang mengalir dalam setiap episode ini.
Setiap orang berbeda-beda, tergantung Alloh ngasihnya dan masing-masing orang
menerimanya. Aku, tergolong Alhamdulillah, masih dalam batas normal dan aku
wajib bersyukur untuk itu. Meski tetap saja, mengeluh.
Baiklah, aku akan memulai cerita
drama yang terjadi selama masa kehamilanku ini. Ceritanya tergolong telat sih,
melihat usia kehamilanku sudah memasuki trimester ke-dua. Namun tidak ada
kata terlambat untuk berbagi dan bersyukur.
Inilah drama kehamilanku selama
trimester pertama.
Rasa cinta terhadap ibuku kian
membesar, kerinduan terhadapnya makin membara. Ini semakin terasa tatkala
dirundung berbagai rasa ketika hamil, apalagi dimasa kehamilan trimester
pertama. Tubuh rasanya menjadi berbeda dan ngga karuan, perasaan menjadi lebih sensitif.
Aku baru ngrasain beratnya menjadi ibu itu dirasakan semenjak masa kehamilan. Emang
Al Qur’an itu kitab paling jitu, eh sempurna maksudnya. Dalam surat Lukman ayat
14 disebutkan bahwa Ibunya yang telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Ini jelas banget
kan, bahwa dari hamil aja udah ngrepotin, belum ketika udah lahir, balita,
remaja dan bahkan sampai dewasa juga masih ngrepotin.
Kembali ke cerita, awalnya tahu
kalau sudah hamil adalah munculnya mual-mual hingga muntah yang berlangsung
lebih dari satu pekan. Aku kira karena asam lambung meningkat seperti biasanya,
jadi dibiarin saja sambil terus minum madu. Dalam batas yang biasanya sudah
normal, namun ternyata masih berlanjut ditambah drama badan panas. Belum curiga
sih, walaupun memang sudah telat haid, soalnya waktu telat haid 5 hari dicoba testpack hasilnya negatif. Jadi
curiganya tetap karena asam lambung meningkat. Cerita-cerita sama teman kantor,
dianjurkan untuk periksa dokter saja mengingat sudah telat haid 2 minggu. Namun,
aku masih ragu. Takut ngga jadi hamil terus rada kecewa gitu, ditunggulah sampai
telat 2 minggu lebih. Karena penasaran, akhirnya pake testpack dulu sebelum ke dokter. Alhamdulillah positif. Dua hari
kemudian, pergilah ke dokter dan ternyata usia kehamilanku sudah 7 minggu 6
hari dan janin sudah berada dalam kantung rahim. Rasanya semakin nano-nano,
antara bahagia, khawatir dan perasaan lainnya.
Drama terus berlanjut, kalau pada
umumnya ibu hamil pada usia trimester pertama merasakan yang namanya morning sickness, nah kalau aku ngrasain
yang namanya afternoon until night
sickness, mulai dari kedinginan, mual-mual hingga muntah ditambah lagi
susah makan nasi. Sebenarnya susah makan nasi bukan masalah sih, karena bisa
diganti dengan karbohidrat lain, hanya saja karena sudah terbiasa makan nasi
jadi ribet aja kalau belum makan nasi. Kata teman-teman yang sudah hamil,
semakin telat makan maka intensitas mual dan muntah juga bertambah, makanya
disarankan buat ngemil kalau makan berat susah. Akhirnya makan utamanya roti,
susu, pisang dan mangga. Nasi, tetap diupayakan masuk walau seringnya keluar
lagi.
Sebagian orang-orang percaya sama
yang namanya “ngidam” pada ibu hamil yang apabila tidak kesampaian bisa
menyebabkan anaknya keluar air liurnya secara terus menerus selama balita kalau
dalam bahasa jawa dikenal dengan nama ngeces.
Aku tidak percaya, lebih tepatnya tidak mau percaya dan mencoba mengendalikan
setiap keinginan pada makanan tertentu. Ngalamin sih peristiwa yang mungkin
orang-orang menyebutnya ngidam yaitu
lebih enak makan ketupat daripada nasi. Sekali ibu mertua buatin ketupat,
berulang kali beli hanya biar makan nasi. Namun setelah aku pikir-pikir
sebaiknya dipaksakan makan nasi dan alhamdulilah itu hanya berlangsung sekitar
2 mingguan. Ada lagi, kalau sebelum hamil suka sama telur dalam bentuk masakan
apapun mendadak ngga suka, yang biasanya sering minum teh mendadak minum teh
rasanya aneh. Nah, barangkali karena ada perubahan hormon di dalam tubuh ibu
hamil sehingga mengalami sensitif terhadap makanan tertentu. Bukan karena ngidam. Menurutku sih gitu, karena kalau
semisal anak menjadi ngeces itu
karena adanya pertumuhan rahang dan gigi. Kalau menurut pakar psikologi bahwa pendidikan
anak dimulai sejak dalam kandungan, nah barangkali mengendalikan keinginan
adalah salat satu mendidik anak untuk mengendalikan keinginan.
Ibu hamil mungkin memang lebih
gampang lelah dan ngantuk. Aku yang biasanya tidur di atas jam 10 malam, ini
habis maghrib sudah ngantuk luar biasa. Naik tangga menuju jemuran saja sudah
ngos-ngosan. Pulang kerja rasanya capek luar biasa, padahal kerjaan dikantor
saat ini tergolong ringan dibanding sebelumnya. Makanya hamil itu amazing. Dan setiap ibu akan punya
pengalaman yang berbeda-beda. Hebatnya lagi, setiap ibu akan melakukan apa saja
yang terbaik untuk bayi. Aku yang kopi holic, harus terus berjuang
mengendalikan. Berhenti total masih belum bisa, setidaknya mengupayakan untuk
tidak setiap hari.
Kalau mendengar kisah kehamilan
trimester pertama teman-teman yang lain, maka aku selalu bersyukur. Meski
tetap drama dan sempat mengeluh, tetapi ternyata tidak lebih berat yang dialami oleh beberapa temanku yang
lain. Ada yang sampai bed rest,
muntah-muntah akut sampai-sampai minum air putih saja muntah, ada yang pusing
akut hingga badan lemes, walau ada yang hamil seperti tidak hamil karena tidak ada perubahan yang berarti dan berbagai
kisah lainnya. Intinya, apapun kisahnya, bagaimanapun rasanya, tetap harus
bersyukur. Masih banyak saudara-saudara perempuan kita di luar sana yang ingin
merasakan proses hamil namun Alloh belum memberikan kesempatan.
*Kalau mendadak bahasa tulisanku juga ikut berubah, mungkinkah ada perubahan hormon? hehehe
Diceritakan tanggal 300517
No comments:
Post a Comment