Tuesday, May 30, 2017

Drama Kehamilan Trimester Pertama



Hamil. Satu kata berjuta rasanya. Kenapa demikian? Ada berbagai cerita yang mengalir dalam setiap episode ini. Setiap orang berbeda-beda, tergantung Alloh ngasihnya dan masing-masing orang menerimanya. Aku, tergolong Alhamdulillah, masih dalam batas normal dan aku wajib bersyukur untuk itu. Meski tetap saja, mengeluh.

Baiklah, aku akan memulai cerita drama yang terjadi selama masa kehamilanku ini. Ceritanya tergolong telat sih, melihat usia kehamilanku sudah memasuki trimester ke-dua. Namun tidak ada kata terlambat untuk berbagi dan bersyukur.

Inilah drama kehamilanku selama trimester pertama.

Rasa cinta terhadap ibuku kian membesar, kerinduan terhadapnya makin membara. Ini semakin terasa tatkala dirundung berbagai rasa ketika hamil, apalagi dimasa kehamilan trimester pertama. Tubuh rasanya menjadi berbeda dan ngga karuan, perasaan menjadi lebih sensitif. Aku baru ngrasain beratnya menjadi ibu itu dirasakan semenjak masa kehamilan. Emang Al Qur’an itu kitab paling jitu, eh sempurna maksudnya. Dalam surat Lukman ayat 14 disebutkan bahwa Ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Ini jelas banget kan, bahwa dari hamil aja udah ngrepotin, belum ketika udah lahir, balita, remaja dan bahkan sampai dewasa juga masih ngrepotin.

Kembali ke cerita, awalnya tahu kalau sudah hamil adalah munculnya mual-mual hingga muntah yang berlangsung lebih dari satu pekan. Aku kira karena asam lambung meningkat seperti biasanya, jadi dibiarin saja sambil terus minum madu. Dalam batas yang biasanya sudah normal, namun ternyata masih berlanjut ditambah drama badan panas. Belum curiga sih, walaupun memang sudah telat haid, soalnya waktu telat haid 5 hari dicoba testpack hasilnya negatif. Jadi curiganya tetap karena asam lambung meningkat. Cerita-cerita sama teman kantor, dianjurkan untuk periksa dokter saja mengingat sudah telat haid 2 minggu. Namun, aku masih ragu. Takut ngga jadi hamil terus rada kecewa gitu, ditunggulah sampai telat 2 minggu lebih. Karena penasaran, akhirnya pake testpack dulu sebelum ke dokter. Alhamdulillah positif. Dua hari kemudian, pergilah ke dokter dan ternyata usia kehamilanku sudah 7 minggu 6 hari dan janin sudah berada dalam kantung rahim. Rasanya semakin nano-nano, antara bahagia, khawatir dan perasaan lainnya.

Drama terus berlanjut, kalau pada umumnya ibu hamil pada usia trimester pertama merasakan yang namanya morning sickness, nah kalau aku ngrasain yang namanya afternoon until night sickness, mulai dari kedinginan, mual-mual hingga muntah ditambah lagi susah makan nasi. Sebenarnya susah makan nasi bukan masalah sih, karena bisa diganti dengan karbohidrat lain, hanya saja karena sudah terbiasa makan nasi jadi ribet aja kalau belum makan nasi. Kata teman-teman yang sudah hamil, semakin telat makan maka intensitas mual dan muntah juga bertambah, makanya disarankan buat ngemil kalau makan berat susah. Akhirnya makan utamanya roti, susu, pisang dan mangga. Nasi, tetap diupayakan masuk walau seringnya keluar lagi.

Sebagian orang-orang percaya sama yang namanya “ngidam” pada ibu hamil yang apabila tidak kesampaian bisa menyebabkan anaknya keluar air liurnya secara terus menerus selama balita kalau dalam bahasa jawa dikenal dengan nama ngeces. Aku tidak percaya, lebih tepatnya tidak mau percaya dan mencoba mengendalikan setiap keinginan pada makanan tertentu. Ngalamin sih peristiwa yang mungkin orang-orang menyebutnya ngidam yaitu lebih enak makan ketupat daripada nasi. Sekali ibu mertua buatin ketupat, berulang kali beli hanya biar makan nasi. Namun setelah aku pikir-pikir sebaiknya dipaksakan makan nasi dan alhamdulilah itu hanya berlangsung sekitar 2 mingguan. Ada lagi, kalau sebelum hamil suka sama telur dalam bentuk masakan apapun mendadak ngga suka, yang biasanya sering minum teh mendadak minum teh rasanya aneh. Nah, barangkali karena ada perubahan hormon di dalam tubuh ibu hamil sehingga mengalami sensitif terhadap makanan tertentu. Bukan karena ngidam. Menurutku sih gitu, karena kalau semisal anak menjadi ngeces itu karena adanya pertumuhan rahang dan gigi. Kalau menurut pakar psikologi bahwa pendidikan anak dimulai sejak dalam kandungan, nah barangkali mengendalikan keinginan adalah salat satu mendidik anak untuk mengendalikan keinginan.

Ibu hamil mungkin memang lebih gampang lelah dan ngantuk. Aku yang biasanya tidur di atas jam 10 malam, ini habis maghrib sudah ngantuk luar biasa. Naik tangga menuju jemuran saja sudah ngos-ngosan. Pulang kerja rasanya capek luar biasa, padahal kerjaan dikantor saat ini tergolong ringan dibanding sebelumnya. Makanya hamil itu amazing. Dan setiap ibu akan punya pengalaman yang berbeda-beda. Hebatnya lagi, setiap ibu akan melakukan apa saja yang terbaik untuk bayi. Aku yang kopi holic, harus terus berjuang mengendalikan. Berhenti total masih belum bisa, setidaknya mengupayakan untuk tidak setiap hari.

Kalau mendengar kisah kehamilan trimester pertama teman-teman yang lain, maka aku selalu bersyukur. Meski tetap drama dan sempat mengeluh, tetapi ternyata tidak lebih berat yang dialami oleh beberapa temanku yang lain. Ada yang sampai bed rest, muntah-muntah akut sampai-sampai minum air putih saja muntah, ada yang pusing akut hingga badan lemes, walau ada yang hamil seperti tidak hamil karena tidak ada perubahan yang berarti dan berbagai kisah lainnya. Intinya, apapun kisahnya, bagaimanapun rasanya, tetap harus bersyukur. Masih banyak saudara-saudara perempuan kita di luar sana yang ingin merasakan proses hamil namun Alloh belum memberikan kesempatan.

*Kalau mendadak bahasa tulisanku juga ikut berubah, mungkinkah ada perubahan hormon? hehehe


Diceritakan tanggal 300517




No comments:

Post a Comment