Ada yang hilang, kemudian berganti. Ada yang patah, kemudian tumbuh. Ada yang meranggas, kemudian bertunas. Ada gagal, kemudian bangkit. Ada yang berkembang, kemudian menyusut. Roda terus bergerak menyusun paradok kehidupan. Tuhanku tidak menyukai yang berlebihan, melainkan selayaknya resonansi bunyi. Seimbang.
Ada yang harus terus diupayakan setiap detiknya, yaitu keimanan. Tak ada jaminan ia akan terus penuh seperti air ka'bah. Pasang surut seperti lautan. Ia harus dijaga dengan sebaik-baik penjagaan. Surutnya bisa berakibat berbagai hal yang mengarah luruhnya kebaikan. Pasangnya akan tetap menjaga manusia dari hitam legam kehidupan.
Peradaban terus berkembang, seiring melejitnya ilmu dan teknologi. Dua hal yang seharunya membuat manusia semakin beradap. Mengenal Tuhannya dengan baik berikut sesamanya. Memang demikian garis kehidupan di dunia. Beraneka warna dan gelombangnya. Episodenya terus berganti, terkadang bergolak terkadang lurus. Segalanya membutuhkan kesiapan. Mental dan keimanan.
Manusia masa kini semakin banyak macamnya seperti rerupa makanan yang terus variatif diciptakan. Pola pikir, kebiasaan, ucapan semakin tajam dan bergerigi. Tak sedikit yang kemudian melukai bahkan hingga memakan korban. Ini wajah dunia yang sedang kita hadapi saat ini. Esok bisa jadi berubah kembali. Lebih beraneka. Dan lagi-lagi senjatanya adalah keimanan. Agar kaki yang kita jejakkan kokoh melangkah pada kebaikan, agar lisan yang kita pamirkan adalah ucapan yang mendamaikan, agar raut wajah yang kita pertontonkan adalah keteduhan.
Dunia boleh saja terus berubah-ubah tetapi pedoman hidup tetap sama. Bahkan yang kita takuti pun tetap sama yakni Tuhan yang menciptakan kita. Bukan pimpinan, bukan pula aparat negara apalagi preman. Tujuan hidup ini juga masih sama, bermanfaat bagi orang lain dan menjaga lestarinya bumi.
Kita memang hanya sementara berjalan-jalan di bumi, namun bukan berarti bertindak semau sendiri. Harusnya mampu memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baik tindakan. Ah,...berkata-kata memang lebih mudah.
Masih ada waktu untuk terus memperbaiki diri. Menjaga keimanan dan berbuat baik sebanyak-banyaknya dan libatkan orang lain di dalamnya. Sebelum dunia kita menjadi berakhir dan kesempatan sudah tidak ada lagi.
Sepanjang perjalanan di atas kereta api Solo-Purwokerto
17022017
No comments:
Post a Comment