Ini adalah perjalanan Purwosari-Purwokerto yang ke-6. Tak pernah terbayangkan bakal satu minggu sekali pulang pergi Purwosari-Purwokerto dengan kereta. Semoga ini hanya dua bulan saja, sebab jika terus seperti ini tentu akan berat, berat di ongkos dan rasa. Jauh dari seseorangku (suami) bukan hal yang mudah, apalagi dalam usia pernikahan yang belum seumur jagung. Masih dalam proses adaptasi tetapi harus terputus siklus. Bagiku kehadiran teknologi saat ini tidak bisa menggantikan ruang temu.
Ah,... dulu, dulu sekali pengen banget ngrasain naik kereta api. Bayangkan, hingga usiaku yang sudah seperempat abad lebih belum pernah naik kereta api. Bagi sebagian orang tentu ini menggelikan. Lah, gimana mau naik kereta, bepergian jauh juga ngga pernah. Namun, Alloh yang Maha Kaya kemudian mengabulkan keinginanku naik kereta api di usia ke-28, tidak tanggung-tanggung langsung kelas eksekutif dan gratis (dalam rangka nemeni big boss rapat ke Surabaya). Membahagiakan sekali, sampai-sampai tidak bisa tidur, padahal perjalanan membutuhkan waktu hingga delapan jam lebih.
Perjalananku kali ini membutuhkan waktu kurang lebih 260 menit. Ada banyak hikmah dan pengalaman yang pernah kudapati. Terkadang bersebelahan dan berhadapan dengan anak-anak yang lucu, mahasiswa, pedagang, sesama pekerja, dan lainnya. Dari yang bersih rapi wangi hingga dekil dan bau. Beragam. Semuanya jelas menjadi perenungan dan pembelajaran tersendiri. Ada berbagai cerita yang pernah mengalir. Dari harga sembako yang terus naik, pernikahan dini yang tidak mandiri, perubahan peradaban yang terus melesat, politik negeri yang tidak karuan hingga pendidikan yang semakin mahal. Walaupun lebih sering menemui manusia gadged, sibuk dengan headset dan telepon pintarnya.
Kata orang-orang, naik kereta sekarang lebih nyaman dibanding dulu. Sistem dan pelayanannya jauh berbeda, sekarang lebih mudah dengan adanya sistem pembelian online. Apalagi tiket bisa dipesan dari 90 hari sebelum perjalanan dilakukan. Eh, ini si bukan promosi naik kereta, secara aku bukan pegawai PT. KAI hanya sekilas kepuasan yang dirasakan oleh banyak orang termasuk aku. Walaupun terkadang mesti harus bersaing dengan konsumen lain. Kalau beruntung masih dapat tiket dengan harga terendah jika pembelian dilakukan pas hari keberangkatan, jika bukan rejeki ya sebaliknya, dapat harga termahal.
Apapun, bagaimanapun, tetap enjoy menikmati apa yang telah Alloh titahkan. Berat kalau belum dijalani, susah kalau belum dilewati. Awalnya berat banget ketika harus menerima keputusan ini, sebab tak ada pilihan lain kecuali dijalani. Terbayang beratnya dan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pulang pergi, tetapi hingga perjalanan yang ke-6 Alloh masih mencukupkan. Alhamdulillah.
Aku juga bersyukur tidak menjalani ini sendiri. Ada teman yang dulunya satu kantor denganku, sehingga perjalanan tidak begitu berat terasa. Dua minggu pertama, setiap kali mau berangkat, aku mengeluh. Kemudian suamiku selalu mengatakan "Jalani, nanti juga akan ringan. Kalau setiap kali mau berangkat begini, ya akan terus merasa berat. Coba lihat Dian, dia justru harus meninggalkan dua anaknya yang masih kecil," kalau sudah begitu aku hanya diam mengiyakan. Terkadang kita sudah merasa berat terlebih dahulu, merasa engga sanggup dahulu, padahal semua itu sudah Alloh yang mengukur. Keputusan atasan adalah bagian dari skenarioNYA.
Perjalanan Purwosari-Purwokerto, 24022017.
No comments:
Post a Comment