Monday, November 14, 2016

Overtime




November sudah merangkak setengah jalan. Hujan mulai akrab bercengkrama dengan waktu. Pagi, siang, malam bukan pilihan, kapan saja ia mau, turunlah dengan irama yang terganti. Jam kantor harusnya sudah usai satu jam yang lalu. Namun apa daya, laporan kegiatan dan hujan menyanderaku tetap nyaman di kursi yang sudah memanas sejak tadi.

"Belum selesai?" tanya perempuan dengan nada khas yang sudah satu setengah tahun ini kuakrabi sebagai Big Boss di kantor ini.

"Belum bu, tinggal editing dokumentasinya." jawabku.

"Oke, ku tinggal ya! Harus jadi hari ini ya! Titipkan saja sama Bang Ramli, besok saya bawa ke kantor pusat." ucapnya kemudian berlalu.

"Baik, bu!"

Menghabiskan siang hingga penghujungnya di kantor, sudah biasa. Lembur sendirian, sudah bukan hal asing lagi. Tiba-tiba harus mendampingi Big Boss rapat dengan segala perlengkapannya sudah terlatih. Namun rasa di dalam dada ini masih saja kosong. Lelah yang datang bertubi-tubi tak membuat kelegaan mendiami kemudian. Ikhlas. Mungkinkah belum sepenuhnya hadir? Bukankah Tuhanku tak pernah keliru dalam menyuratkan takdir? Berarti ada solusi untuk semua ini.

Ku hempas sekuat-kuatnya. Perasaan yang seringkali merampas seluruh energi yang kupunyai. Harusnya aku tak boleh kalah, apalagi mengalah.

"Sudah, tak perlu disesali. Menyesali keputusan yang telah diambil hanya akan memperparah luka di hatimu. Yang harus dilakukan sekarang adalah fokus dan lakukan yang terbaik untuk kerjaanmu sekarang. Belum terlambat untuk memperbaiki semuanya. Ada banyak peluang kebaikan yang bisa dilakukan, tentu tak semudah yang kamu inginkan." kembali terngiang kalimat Nay kemarin. Aku membenarkan seluruh kalimatnya. Perasaan itu berimbas pada banyak hal. Produktifitasku menurun drastis. Keyakinanku tergerus sedikit demi sedikit. Mimpiku telah menguap entah kemana. Lelahku hanya berbalas kosong, sebab hatiku mengingkari semuanya.

Hujan masih riuh memecah sunyi. Jarum jam makin tragis bergerak. Adzan maghrib sudah mulai menggema di sana-sini. Kerjaanku belum juga kelar. Huaaaaahhhhh...rasanya ingin bersembunyi di lemari pendingin. Ah...mana mungkin, itu hanya ada di negeri dongeng film kartun. Kenyataannya aku harus menyelesaikan laporan ini dengan segera.

Dingin air menyapa wajahku yang sudah layu dimakan penat. Inilah cara paling ampuh mengembalikan energi sedikit demi sedikit. Cara paling mujarab menghapus keluh yang menyerobot ikhlas. Ah...Tuhan memang Maha segalanya. Ku tunaikan kewajibanku dengan sebaik yang aku mampu. Soal diterima atau tidak adalah kehendakNYA. Sebab seringkali masalah pekerjaan dan lainnya mencuri kekhusyukanku menghadapNYA.

Alhamdulillah. Baru saja melipat mukena, dering ponselku memanggil. Big boss rupanya.

"Ra, masih di kantor?"

"Masih bu, bagaimana?"

"Tolong buka email, diprint sekalian. Ada undangan rapat mendadak, saya butuh data. Minta tolong disiapkan, sekalian kamu besok ikut saya," perintah yang membuatku ingin berlari secepat cahaya.

"Baik, bu," tak ada jawaban selain itu. Telepon ditutup.

Ponselku kembali bergetar. Pesan masuk.

"Mba, telpon ya!" pesan dari adikku.

"Maaf, mba masih di kantor, besok aja ya  telponnya," terpaksa dengan berat hati.

"Ya."

"Mba lembur ya? Pulang kos jamber? Aku mau curhat." pesan dari teman kos.

"Iya, ngga tahu ini. Tambah kerjaan. Besok luar kota."

"Oh ya udah, ntar dianter siapa? kalu butuh dijemput, ngabari aja."

"Oke. makasih. Maaf ya."

"Oke."

"Bro, sibuk ngga? gue bisa telpon?" pesan dari teman kuliah dulu.

"Sorry, gue masih di kantor. Lembur neh, besok luar kota. Eh, tapi penting banget ngga neh?"

"Besok aja deh, kalau loe lagi free. bakal panjang soalnya."

"Baiklah. Sorry ya!"

"Gengs, besok ada meet up di markas jam 16.00. Agenda bahas acara tanggal 28. Kehadiran kalian bakal jadi penentu suksesnya acara. Ditunggu ye! Yang ngga bisa dateng, kasih radar ya!" pesan dari Gia sekretaris Komunika, sebuah komunitas seni yang aku ikuti. Bergabung dengan komunitas ii membuatku merasa masih punya nafas. setidaknya sebagian dari hobiku dapat teraktualisasikan meski lebih sering off daripada on.

"Gi, maaf ya. Aku absen lagi neh, keluar kota. Aku usahain pas acara bisa ikut bantu. Jobnya apa, aku ngikut aja."

"Hemmmmmm,....aku butuh ide kreatifmu di rapat besok padahal. Tapi mau gimana lagi. Kerjaanmu kan beda ama kerjaanku. hahahaha,....Take care Ra!"

"Sorry ya Gi! Tapi jangan depak aku ye! Gara-gara sering mangkir dari markas."

"Ngga janji Ra. Hahahaha...."

Aku harus mematikan ponsel, jika kerjaanku ingin segera kelar. Waktu terus mengejar, sedang ragaku mulai memberikan sinyal harus istirahat. Butuh solusi, kopi hitam kental manis sepertinya enak.

"Pak, bisa minta tolong buatkan kopi untuk saya?" pintaku pada pak Binto penjaga malam kantor ini.

"Dengan senang hati mba." jawabnya.

Aku harus bergerak cepat.



Purwokerto, 14112016

*Pemanasan setelah sekian lama off.







No comments:

Post a Comment