Wednesday, August 31, 2016

Penghujung Agustus


Agustus berakhir hari ini. Esok sudah milik September. Aku masih di sini, di Ketindan Malang mengikuti serangkaian diklat selama 21 hari ke depan. Berbagai rasa mewarnainya.
Alloh memberikan kesempatan bagiku untuk berinteraksi, berkomunikasi dan sedikit mengenal karakter manusia dengan berbagai latar belakang budaya dan asal daerah. Kaget, itu pasti. Aneh, itu wajar. Namun, di sinilah kesyukuran merambat dalam hatiku. Aku dilahirkan dari darah Jawa dan Islam. Meski aku belum bisa menjadi umat yang sebaik-baiknya dan orang Jawa sepenuhnya.

Semakin banyak berinteraksi dan bertemu dengan orang dengan berbagai macam karakter, budaya dan agama harusnya sebanding dengan tingkat tawadhu' , menghormati dan menyayangi sesama dan kapasitas diri. Sebab, dengan bertemu dan berinteraksi banyak hal yang bisa didapat. Mulai dari pengalaman, ilmu, sikap, budaya dan jumlah kebaikan yang kita lakukan danyang diterima. Sayangnya tidak selalu demikian. Mengapa? Karena hati belum seluas samudera, jiwa belum selapang sawah di Jawa dan merasa lebih di antara yang lainnya masih melekat dalam diri.

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Demikan peribahasa yang bisa menggambarkan karakter berbagai manusia. Namun satu hal yang menyamakan manusia dari berbagai penujuru yaitu kebaikan. Setiap agama mengajarkan manusia tentang bagaimana berbuat baik. Nah, di sinilah nafsu manusia mulai bermain sehingga sebagian manusia menganggap agama hanya sebagai asesoris yang mudah dilepas bukan pakaian yang harus dikenakan. Jadi, tidak heran jika katanya berjilbab kok gitu, bicaranya bagus tapi kok sikapnya ngga, sholatnya rajin tapi kok jahat dan hal-hsl lain yang bertentangan. Inilah yang terkadang kita abaikan. Kita sibuk mengoreksi orang lain, tetapi seberapa sering kita mengoreksi diri sendiri kemudian buru-buru memperbaikinya? Ah,...malu rasanya.

Jadilah manusia pembelajar, yang bisa mengambil hikmah dari apapun dan dari manapun. Setiap manusia itu berbeda, nah dengan perbedaan itulah kita bisa saling melengkapi. Tak bisa untuk saling menuntut, sebab kita juga belum tentu mau dan mampu. Maka sebaik-baik penerimaan yang akan melahirkan kesyukuran. Maka sebaik-baik akhlaq yang akan menglahirkan kedamaian. Sebagaimana yang disabdakan Nabi akhir zaman bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak amalnya.

Jika belum mampu berbuat baik yang berlebih, setidaknya tidak menyakiti saudaranya.

Malang, penghujung Agustus 2016.

No comments:

Post a Comment