Saturday, August 13, 2016

Menukil Hikmah dari Novel Ayat-ayat Cinta 2



Nilai lebih sebuah film atau novel berseri adalah pasar yang menjanjikan. Rasa penasaran adalah pasar konkret bagi film atau novel tersebut. Penonton atau pembaca telah menanti, begitu rilis, berbondong-bondonglah mereka. Laris. Royalti mengalir. Meski bagi seorang sutradara atau penulis tujuan utama bukan hanya sekedar rupiah, namun kepuasan batin. Begitu juga denganku, alih-alih rasa penasaran kelanjutan kisah Fahri, akhirnya membeli (yang akhirnya dibayarin) dan membaca. Agak telat sih, mengingat novel ini launching bulan November 2015, namun tidak mengurangi makna dan hikmahnya.


Exited! Sepertinya kata itu cukup mewakili dari seluruh perasaan ketika selesai membaca novel Ayat-ayat Cinta 2 garapan Kang Abik ini. Novel setebal 690 halaman ini akan membawa pembaca memahami hakikat seorang muslim. Nuansa yang dibangun dalam novel tersebut terasa perbedaannya dibanding dengan novel Ayat-ayat Cinta yang pertama. Ayat-ayat Cinta 2 mengambil isu global tentang Islamic phobia yang berkembang di benua Eropa dan sekitarnya. Pesan disampaikan melalui karakter kuat tokoh utama yaitu Fahri.

Fahri masih digambarkan sebagai seorang muslim yang cerdas, penyayang, penolong dan tentu saja banyak penggemarnya, namun tidak terkesan berlebihan seperti halnya dalam Ayat-ayat Cinta pertama.  Novel ini bercerita tentang kehidupan Fahri di Edinburg, perjuangan Fahri untuk menyampaikan bahwa islam adalah agama yang penuh rahmat, kasih sayang, tolong-menolong, memuliakan tamu, memuliakan perempuan dan tidak menyukai kekerasan. Kang Abik berhasil menyampaikan pesan hebat itu melalui dialog, deskripsi dan penokohan. Halus dan detail.

Penyampaian pesan digambarkan melalui pertolongan-pertolongan yang diberikan Fahri kepada siapapun yang membutuhkan. Dimulai dari para tetangganya; Brenda yang pemabuk, nenek Catarina  yang seorang pemeluk yahudi taat , Jason sang pencuri cokelat yang sangat membenci Fahri dan akhirnya masuk islam setelah berhasil menjadi pemain sepak bola berkelas, Keira kakak Jason  yang menteror Fahri dengan tulisan Islam=Monster  yang  akhirnya menjadi pemain biola dan berhasil menjadi juara dunia; pengemis muslim yang kehilangan kewarganegaraannya bernama Sabina; sahabatnya bernama Misbah. Penyampaian pesan juga digambarkan melalui berbagai kejadian, diskusi ilmiah, debat dan seminar.

Novel ini tetap diwarnai dengan romantisme cinta dalam balutan batas-batas syar’i. Fahri yang kehilangan jejak Aisya dan enggan menikah kembali dengan perempuan lain, meski akhirnya ia menikah lagi setelah melalui perjalanan panjang. Meski sudah bisa diterka di mana jejak Aisya, namun Kang Abik berhasil mengungkap keberadaan Aisya di ending novel.  

Selamat membaca! Keep reading!

No comments:

Post a Comment