Saturday, August 13, 2016

Membaca Film Pecah

Buku adalah jendela dunia, buku adalah gudang ilmu. Begitu kata pepatah. Buku adalah candu, itu kataku. Tanpa buku, seperti hujan tanpa gerimis. Tidak romantis. Ah,..jadi tertular puitis.
 
Mutia Purwitasari, begitu unik menuliskan idenya, pun penuturannya. Buku yang diberi judul Teman Imaji ini benar-benar menyita imaji untuk mengikuti alur berpikir penulisnya. Ada banyak hikmah yang bisa diambil, bahkan aku yang sedang berada dalam simpang siur jalan mimpi menjadi kembali yakin bahwa setiap karya akan menemukan rumah. Yang terpenting adalah terus berkarya, bukan mempertanyakan dan akhirnya menyerah. Setiap diri adalah unik dan tidak semua orang mampu menerima keunikan kita, pun karya yang dihasilkan. Saat ini mungkin seperti tak berarti, tetapi yakinlah suatu saat nanti akan ada tempat tersendiri.

Teman imaji yang bertajuk tentang anak kota hujan ini berkisah tentang persahabatan, cita-cita, mimpi, rasa, keluarga dan keunikan masing-masing manusia. Mutia yang lebih akrab disapa Uti menuliskannya dalam tiga puluh hari. Keren. Uti menyebutnya film pecah. Sebab fiksi ini terbagi dalam dua belas pecahan alias dua belas bulan. Berlatar belakang periode hujan. 

Kica yang unik bertemu Bayu di halte bus. Keduanya sama-sama menyukai hujan. Bayu yang sebenarnya adalah Abimanyu, teman Kica alias Kirana semasa kecil. Kica yang bergantung sama Adit, seniornya di kampus. Kica yang anak kesayangan Ibu. Kica yang bertemu Rasya teman Bayu, dan melalui Kicalah Rasya menemukan tujuan hidupnya, mimpinya, dan inginnya. Bisa dibilang Kica adalah tokoh utama dalam fiksi ini. Perjalanan Kica menemukan jati dirinya. Prinsip hidup, kepolosan, kecerdasan dan keunikannya digambarkan dengan cara yang berbeda dari kebanyakan fiksi.

Pantes saja Uti menyebutnya Sebuah Film Pecah, dalam fiksi ini pembaca akan diajak menikmati lagu, puisi dan dialog. Membaca fiksi ini tidak akan bosan, bahkan akan menemukan semangat dan keyakinan. Hidup memang tidak hanya untuk kebahagiaan diri sendiri, namun juga orang-orang disekitar kita.

Fiksi ini memang lahir bukan dari penerbit mayor, jadi tidak bisa didapatkan di toko buku terdekat. Fiksi ini dijual khusus. Gosipnya sih, akan ikut lahir lagi bersama buku ke-3 nya Kurniawan Gunadi. Penasaran? Silahkan tunggu pre ordernya.

Selamat membaca. Keep reading!


No comments:

Post a Comment