Sunday, June 12, 2016

Mari Menjadi Baik dan Membaikkan



Terasa sesak dada ini setiap kali menyusuri kalimat demi kalimat yang tertulis dalam buku ini. Ada tanggung jawab yang besar melekat di dalam diri, ketika kelak Alloh ijinkan aku berstatus menjadi ibu bagi anak-anakku. Bukan perkara sederhana, ada banyak hal yang harus dipersiapkan, ilmu dan kesabaran yang harus ditambah setiap harinya.

Sejenak, ingatanku kembali pada masa ketika masih membersamai anak-anak di asrama, betapa kurangnya diri ini. Pantaslah jika ada hati yang terluka oleh lisanku, dendam yang masih membara oleh caraku, benci yang mendalam oleh sikapku yang menyinggung atau yang lainnya. Maafkan diri ini nak, yang dulu belum banyak ilmu. Semoga Alloh mengampuni dosaku. Sungguh cinta yang banyak tak cukup untuk mendidik tanpa ada ilmu yang membersamai, doa yang terus dilantunkan, cara yang santun dan tegas.

Buku ini memberikan perenungan yang mendalam tentang bagaimana mendidik anak, mengantarkan mereka mengenal Alloh lalu menjadikan Alloh sebagai tujuan utama dari setiap aktivitas. Ada banyak celah yang para guru atau orang tua lengah ketika mendidik anak. Zaman kita dengan para anak-anak berbeda, jadi didiklah mereka pada zamannya. Berhenti membandingkan mereka dengan kita, menempatkan mereka seperti kita ketika masih kecil. Bukan berapa jumlah anak yang akan kita didik namun seberapa siap kita mendidik anak dengan jumlah tertentu. Mendidik satu anak saja akan merasa kewalahan dan berat jika kita tidak siap, sebaliknya mendidik dua belas anak akan terasa ringan jika kita siap. Kesiapan itu bergantung pada keyakinan kita pada Alloh, harapan dan impian terhadap anak-anak.

Akhir-akhir ini negeri tercinta heboh dengan berbagai berita yang menyesakkan dada. Rasa malu seakan telah melenyap, empati telah sirna, melakukan dosa seakan biasa saja. Mirisnya, ini terjadi pada anak-anak negeri ini. Barangkali ada yang harus segera dibenahi dalam mengantarkan mereka menuju zamannya.

Kita mulai dari rumah, tanamkanlah keimanan yang kuat dalam diri anak-anak. Ajarkanlah anak-anak sebagaimana pesan Rosulalloh bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Alloh adalah yang paling takwa (halaman 30). Bangkitkan semangat anak-anak dengan cara terbaik, yakinkan mereka bahwa segala kesulitan adan ada kemudahan setelahnya, segala peristiwa akan ada himahnya, sebagaimana contoh kisah Gola Gong (halaman 54). Bantulah mereka untuk mematangkan emosi dan kepribadian melalui membaca sejak dini. Membantu mereka menemukan kesalahan dan bersegera memperbaikinya.

Selanjutnya, pembenahan diteruskan di sekolah-sekolah. Wahai para guru, belajarlah dengan sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu dan ajarilah anak didikmu untuk mengenali kebenaran sebelum mengajarkan kepada mereka berbagai pengetahuan. Asahlah kepekaan mereka terhadap kebenaran dan cepat mengenali kebatilan. Tumbuhkan pada diri mereka keyakinan bahwa Al Qur’an pasti benar, tak ada keraguan di dalamnya. Tanamkan adab di dalam diri mereka (halaman 100-101).

Sungguh, yang harus kita siapkan bukanlah anak-anak yang lancar berhitung. Kita perlu berusaha melahirkan anak yang siangnya seperti singa yang merancang masa depan dan perjuangan dengan gagah dan malam harinya kepalanya lebih dekat dengan tanah daripada kakinya (halaman 178-179).

Maka, buku yang ditulis oleh Mohammad Fauzil Adhim ini patut menjadi rujukan sebagai ikhtiar bagi siapa saja yang ingin menjadi bagian dalam mengukir generasi yang Alloh hidup di dalam dadanya, perilakuknya santun dan menentramkan, ditangannya adalah ilmu, setiap langkahnya adalah kebaikan, lisannya adalah nasihat yang menggerakkan, dan kehadirannya membawa keberkahan. Tentu saja diri kita harus terus senantiasa memperbaiki yang rusak, menghapus yang masih bernoda. Mari terus menjadi baik dan membaikkan. 

Puwokerto, 11062016

No comments:

Post a Comment