Sumber: https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images
Sepasang suami istri tak jauh dari tempatku berada, sedang bercengkrama. Sesekali mereka tertawa bersama. Buntalan kumal betada di sampingnya, entah apa isinya. Menit selanjutnya, mereka terlihat membisu. Menekuri gerimis yang masih cantik menari-nari. Pandanganku beralih.
Gerimis yang belum berhenti, tak membuat segala aktivitas terhenti pula. Lalu lintas masih tampak seperti biasanya. Semakin tambah bilangan menit dan jam, jumlah kendaraan yang melintas semakin padat seiring jam pulang kerja khas kota ini.
Duarrrrrrrr.....srrrreeetttttt
Dua kendaraan roda dua saling bertabrakan. Jalanan yang licin sepertinya memicu jatuhnya dua kendaraan tadi. Atau berebut keinginan untuk segera sampai rumah. Bercengkrama dengan keluarga atau mendekam dalam kamar untuk meleps lelah. Atau sebab yang lain, selain memang takdir yang Maha Berkuasa. Aku tak ikut bangkit, hanya menyaksikan dari jauh saja. Aku bukan termasuk manusia kepo, namun bukan berarti rasa peduliku hilang. Aku melihat sudah banyak yang menolong, ku pikir tenagaku sudah tak diperlukan.
Hanya sekejab. Keramaian akibat kecelakaan tadi telah hilang. Petugas yang datang membawa dua korban secara otomatis membubarkan serumpun manusia tadi. Gerimis telah berhenti. Namun, aku masih di sini. Masih ingin duduk, menatap lepas dan berganti-ganti. Menunggu senja yang sebentar lagi turun. Mungkin bukan kemilau jingga seperti biasanya. Sebab, gerimis sudah lebih dulu datang merampas.
*nyimak
ReplyDeleteAsik.. Kata2nya bagus..
ReplyDeleteMakasih bang syaiha n mba ella udah mampir.
ReplyDeleteMakasih bang syaiha n mba ella udah mampir.
ReplyDelete