Sumber gambar: http://bioenergicenter.com/wp-content/uploads/2013/04/life.jpg |
Manusia, di dalam hidupnya akan
terus menuai ujian dan cobaan. Masalah dan penyelesaian. Air mata berikut tawa
sebagai penawarnya. Sudah demikian garisnya, hingga sampai pada batas akhir
dinasnya di dunia.
Ujian datang sebagai penyempurna
keimanan seseorang sebagaimana yang telah Alloh terangkan di dalam firmanNYA.
Kualitas dan kapasitas seseorang perlu mendapat ujian sedemikian rupa agar tak
ada lagi keraguan di dalamnya. Bukankah kita telah mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari? Sekolah yang telah kita lewati selalu mengadakan ujian,
yang kemudian menentukan lulus atau tidak. Setelah lulus pun, kita akan
mengikuti ujian untuk diterima disekolah terbaik atau tidak. Bekerja pun
demikian. Bagaimana mungkin kita akan masuk surga dengan fasilitas nomor wahid
tanpa ujian? Mustahil kan?
Ujian itu sunnatullah. Mutlak
dihadapi oleh semua manusia yang sedang mengembara di bumi. Berat ringannya
sebenarnya dilihat dari sudut pandang dan penerimaan dari masing-masing manusia
itu sendiri. Di sinilah yang akhirnya akan menentukan kelas surga yang kelak akan
kita masuki.
Seandainya kita mau memahami
lebih dalam hakikat ujian yang menimpa diri kita, seringan atau seberat rasa
yang mengikutinya, sungguh akan ada banyak nasehat yang kita terima. Akan ada banyak
pelajaran yang dapat kita rekam dan tentu saja akan membuat kita menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Ujian yang kita terima juga mengandung pelajaran untuk
orang lain. Untuk mereka yang senantiasa mempunyai hati yang penuh kepekaan dan
pikiran yang terbuka untuk menerima pelajaran serta nasehat.
Satu hal saja sebenarnya yang
harus kita miliki dalam menerima setiap ujian yang diberikan olehNYA, yaitu yakin
akan pertolonganNYA. Jika keyakinan itu telah mengakar maka kelapangan hati
akan diperoleh kemudian. Hati yang lapang akan selalu menerima segala yang
pahit dan manis secara seimbang, tidak berlebihan.
Kisah-kisah umat terdahulu
harusnya cukup memberikan gambaran bahwasannya ujian yang kita terima jauh
lebih ringan dari mereka dan perjuangan kita bisa jadi belum apa-apa. Permasalahan
memang akan terus mengikuti peradaban sebagaimana ujian juga akan terus mengikuti
tingkatan keimanan kita. Kita harus selalu siap dengan segala skenario yang
ditetapkan olehNYA.
Pernah suatu ketika seorang teman
berucap “Ah, aku akan memilih menjadi manusia yang biasa saja agar ujian yang
aku terima tidak berat.”.saya pun tersenyum. Pilihannya tidak salah, kan itu
haknya. Saya kemudian menanggapi “Kalau bisa menjadi orang yang luar biasa
kenapa harus menjadi yang biasa saja? Bukankah lebih istimewa menjadi yang
berbeda?” ia pun terdiam dan tersenyum. Sejatinya saya akan melanjutkan “Kalau
bisa naik mobil kenapa harus jalan kaki? Kalau bisa masuk surga langsung kenapa
harus mencoba neraka?” namun urung karena ia kemudian melanjutkan aktivitasnya.
Nah, apalagi yang kita resahkan jika janji Alloh sudah jelas. Tenang, kita
tidak sendirian kok mendapat ujiannya.
Purwokerto, 160216
#OneDayOnePost #FebruariMembara
No comments:
Post a Comment